Senin, 05 Desember 2016

HotPack (핫팩)

Keluar dari toko kacamata kami dihadiahi beberapa bungkus kecil bertuliskan 핫팩. Lalu, linglung. Saya menebak ini silika panas untuk membengkokkan frame kacamata. Bukan, kata PapaMi mungkin lap kacamata. Sementara kami berdebat, Hilmi hampir memakannya, dikira permen.

Ternyata ini hotpack atau heatpack, satu teknologi peradaban manusia buat bertahan di musim dingin --Padahal saya sudah mengalami sekitar empat kali musim dingin, tapi ga pernah tau ada benda begini, ga gaul deh! Di Korea Selatan, hotpack banyak dijual dimana-mana: di supermarket, di warung, di Daiso, di apotek. Hotpack ini dapat berupa koyo yang ditempel di punggung baju, di perut, di kaus kaki, atau hanya berupa pak untuk dipegang di tangan atau di saku. Selain disposable hotpack ini, ada juga hotpack elektrik dan reusable liquid hotpack.

hotpack dijual di gmarket

Sejarah disposable hotpack ini dimulai pada masa perang Korea. Tentara Jepang menggunakan logam dan bubuk penghangat yang dicampur air untuk menghasilkan hangat. Selesai masa perang, Jepang pertama memproduksi penghangat tangan ini secara massal sampai sekarang.

Mekanisme kerja hotpack secara kimia adalah reaksi oksidasi sederhana *tsahh *kibasjilbab *ijazahmanaijazah *udahjaditalenan 😂. Hotpack berisi campuran besi, air, selulosa, vermiculite, karbon aktif dan garam. Ketika pembungkus hotpack dibuka, besi bereaksi dengan oksigen di udara sehingga teroksidasi dan menghasilkan panas. Garam berfungsi sebagai katalis, karbon membantu menyebarkan panas, vermiculite sebagai insulator supaya panas bertahan, dan selulosa atau polipropilen mempertahankan kelembaban untuk membantu udara bercampur dengan zat lain. 

Reaksi oksidasi ini berlangsung lambat selama beberapa jam. Ketika semua besi habis berubah menjadi besi oksida, reaksi berhenti dan panas tidak dihasilkan lagi. Reaksi ini tidak reversibel sehingga hotpack hanya bersifat sekali pakai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar